BOSTON-Penghargaan terhadap redaktur harian The New Republic, Martin Peretz, dari Universitas Havard menuai protes kalangan akademisi dan komunitas Muslim Harvard. Pasalnya, Peretz menghina umat islam dengan mengatakan kehidupan muslim begitu murahan. Hinaan itu dituliskan Peretz dalam blog pribadinya.
Peretz dalam tulisannya juga mengatakan,”Sangat disayangkan ketika seseorang yang menyebabkan pertumpahan darah mendefinisikan persaudaraan. Apakah saya perlu menghormati orang-orang ini dan berpura-pura mereka layak mendapatkan jaminan dari konstitusi AS, yang saya ketahui itu merupakan penyalahgunaan.”
Tulisan Perezt segera dikritik Nicholas D Krostof. Kristof dalam tulisannya yang dimuat kolom Opini Time mengatakan pernyataan Peretz memalukan. Menanggapi tulisan Kristoif, Peretz segera minta maaf meski tidak mencabut pernyataannya. Semenjak dikritik, Peretz tidak merespon pesan singkat ataupun email untuk dimintai komentar lebih jauh.
Sementara itu, Presiden komunitas Muslim Havard, Abdelnasser Rashid telah mengajukan surat yang meminta pembatalan penghargaan yang sejatinya akan diberikan kepada Peretz. “Ilmu sosial akan ternoda jika putusan itu tidak ditinjau ulang,” kata dia.
Dalam sebuah pernyataan pihak Havard mengatakan tulisan Peretz dikategorikan berbahaya bagi keharmonisan masyarakat dan sangat dimengerti. Meski demikian, pihak kampus memastikan penghargaan itu tetap diberikan. “Ini sudah menjadi keputusan bulat. Memang tugas universitas untuk melindungi kebebasan menyatakan pendapat,” kata juru bicara pihak kampus.
Sebagai informasi, Martin Peretz dijadwalkan memperoleh penghargaan pada 25 September mendatang. Penghargaan itu merupakan bagian dari ulang tahun ke 50 Universitas Harvard. (republika.co.id, 18/9/2010)
Peretz dalam tulisannya juga mengatakan,”Sangat disayangkan ketika seseorang yang menyebabkan pertumpahan darah mendefinisikan persaudaraan. Apakah saya perlu menghormati orang-orang ini dan berpura-pura mereka layak mendapatkan jaminan dari konstitusi AS, yang saya ketahui itu merupakan penyalahgunaan.”
Tulisan Perezt segera dikritik Nicholas D Krostof. Kristof dalam tulisannya yang dimuat kolom Opini Time mengatakan pernyataan Peretz memalukan. Menanggapi tulisan Kristoif, Peretz segera minta maaf meski tidak mencabut pernyataannya. Semenjak dikritik, Peretz tidak merespon pesan singkat ataupun email untuk dimintai komentar lebih jauh.
Sementara itu, Presiden komunitas Muslim Havard, Abdelnasser Rashid telah mengajukan surat yang meminta pembatalan penghargaan yang sejatinya akan diberikan kepada Peretz. “Ilmu sosial akan ternoda jika putusan itu tidak ditinjau ulang,” kata dia.
Dalam sebuah pernyataan pihak Havard mengatakan tulisan Peretz dikategorikan berbahaya bagi keharmonisan masyarakat dan sangat dimengerti. Meski demikian, pihak kampus memastikan penghargaan itu tetap diberikan. “Ini sudah menjadi keputusan bulat. Memang tugas universitas untuk melindungi kebebasan menyatakan pendapat,” kata juru bicara pihak kampus.
Sebagai informasi, Martin Peretz dijadwalkan memperoleh penghargaan pada 25 September mendatang. Penghargaan itu merupakan bagian dari ulang tahun ke 50 Universitas Harvard. (republika.co.id, 18/9/2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar