Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau gaya/cara siswa belajar. Konteks memberikan arti, relevansi, dan manfaat penuh terhadap belajar.
Sebagai satu konsep pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki tiga definisi. Pertama, CTL dapat didefinisikan sebagai mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Kedua, CTL yaitu proses belajar mengajar yang erat kaitannya dengan pengalaman nyata. Ketiga, CTL dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang harus situation and cimentspecific dan memberi kesempatan dilakukannya pemecahan masalah secara riil atau otentik, serta latihan melakukan tugas (Sudikan, 2004:1).
Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan yang lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya. Transfer adalah kemampuan untuk berfikir dan beragumentasi tentang situasi baru melalui penggunaan pengetahuan awal. Ia dapat berkonotasi positif jika belajar atau pemecahan masalah ditingkatkan melalui penggunaan pengetahuan awal, dan berkonotasi negatif jika pengetahuan secara nyata menggangu proses belajar. Transfer dapat juga terjadi dalam suatu konteks melalui pemberian tugas yang terkait erat dengan materi pelajaran, atau antar dua atau lebih konteks di mana pengetahuan diperlukan dalam situasi tertentu, dan kemudian digunakan di dalam konteks yang lainnya. Dengan demikian jelaslah bahwa pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dikembangkan dengan melibatkan tujuh komponen utama, yakni :
a. Konstruktivisme (constructivism); Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui kontruks pengetahuan. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Dalam pandangan konstruktivis ini, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
b. Menemukan (Inquiry); Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri.
c. Bertanya (Questioning); Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Penerapan di kelas, hampir semua aktifitas belajar questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antar guru dengan guru, antara siswa dengan orang lain.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community); Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam CTL guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
e. Pemodelan (Modelling); Dalam sebuah pembelajaran yang berbasis CTL, selalu ada model yang bisa ditiru. Guru memberi model cara belajar.
f. Refleksi (Reflection); Refleksi merupakan cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu.
g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment); Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (Learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada perolehannya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran.
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan kebutuhan individual siswa dan peran guru. Sehubungan dengan itu maka pendekatan pengajaran kontekstual harus menekankan pada hal-hal berikut : belajar berbasis masalah, pengajaran autentik, pengajaran berbasis inquiri, belajar berbasis proyek/tugas terstruktur, belajar berbasis kerja. Belajar jasa layanan dan belajar kooperatif (Diknas, 2002 : 12-14).
DAFTAR PUSTAKA
Sopah, djamaah. 1998. Studi tentang model penngkatan motivasi berprestasi, laporan penelitian. Palembang : lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya.
Suranto. 2009. Konsep pembelajaran berbasis Contextual teaching and learning. Sindur Press. Semarang.
2003. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar