BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan konseling tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan yang diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan perkembangan tersebut, di antaranya: pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat, revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri.
Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti : maraknya tayangan pornografi di televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-obat terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga; dan dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup konseli (terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia), seperti: pelanggaran tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran, meminum minuman keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, seperti: ganja, narkotika, ectasy, putau, dan sabu-sabu), kriminalitas, dan pergaulan bebas (free sex).
Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu: (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan tersebut.
Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).
Bimbingan kelompok bertujuan memberi kesempatan klien untuk berpartisipasi dalam memberi ceramah dan diskusi dengan berbagai kelompok masyarakat seperti mahasiswa, sarjana, tokoh-tokoh masyarakat, guru-guru BK di sekolah, para siswa, anggota DPR, ibu-ibu pengajian, dan sebagainya. Melalui interpersonal relation, akan tumbuh kepercayaan diri klien (Yalom,1985).
Prosedur BKL yang menjadikan klien sebagai figur sentral meliputi: (a) Mempersiapkan mental klien untuk berani tampil menyampaikan kisah kasusnya, dan selanjutnya berdiskusi dengan peserta. Jumlah peserta yang ideal paling banyak 10 orang; (b) Mempersiapkan materi yang akan disampaikan klien kepada peserta diskusi yaitu penjelasan tentang identitas diri dan kisah panjang tentang proses kecanduan sejak awal hingga saat ini beserta upaya-upaya penyembuhan yang telah dilaluinya; (c) Mempersiapkan peserta agar mempunyai minat untuk berdiskusi dengan klien pecandu narkoba, dan tidak segan-segan mengeritik dan memberi masukan; (d) Mempersiapkan daftar hadir peserta dan kamera photo.
Dengan berdiskusi dengan beragam kelompok, diharapkan klien akan makin meningkat kepercayaan diri untuk hidup normal dan juga tumbuh sikap kepemimpinan diri, keluarga, dan masyarakat, sehingga setelah melakukan konseling klien menjadi orang yang berguna. Pelajaran dari ceramah dan diskusi yang dilakukan klien secara terus menerus akan mendewasakan klien sehingga menjadi kuat kepribadian untuk menjadi anggota masyarakat.
Dengan berdiskusi dengan beragam kelompok, diharapkan klien akan makin meningkat kepercayaan diri untuk hidup normal dan juga tumbuh sikap kepemimpinan diri, keluarga, dan masyarakat, sehingga setelah melakukan konseling klien menjadi orang yang berguna. Pelajaran dari ceramah dan diskusi yang dilakukan klien secara terus menerus akan mendewasakan klien sehingga menjadi kuat kepribadian untuk menjadi anggota masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Agar tidak menyimpang dari permasalahan maka perlu adanya rumusan masalah yang khusus, sehingga mudah dipahami dan tidak kesalah fahaman. pada penyusunan makalah yang berjudul: “ Bimbingan Konseling Kelompok” ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian Bimbingan Konseling menurut beberapa ahli ?
2. Apa saja jenis kelompok dalam layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
3. Apa saja yang menjadi Unsur-Unsur kehidupan Kelompok dan Keanggotaannya dalam Bimbingan Konseling
4. Apa Saja Tahap-tahap Kegiatan dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
5. Apa Saja Aspek-aspek pelaksanaan kegiatan dalam Konseling Kelompok
C. Tujuan Penyusunan
Setiap sesuatu yang kita lakukan pasti mempunyai dan memiliki tujuan yang hendak dicapai, Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagaia upaya untuk mengetahui pengeetian secara luas tentang Bimbingan Konseling menurut beberapa ahli
2. Ingin mengetahui jenis kelompok dalam layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
3. Segagai upaya untuk mengetahui Unsur-Unsur kehidupan Kelompok dan Keanggotaannya dalam Bimbingan Konseling
4. Ingin mengetahui Tahap-tahap Kegiatan dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
5. Ingin mengetahui aspek-aspek pelaksanaan kegiatan dalam Konseling Kelompok
6. Sebagai motivasi untuk lebih giat mempelajari berbagai permasalahan krusial dan subtansial mengenai Konseling Kelompok
7. Secara formal makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari Dosen Bimbingan dan Konseling
D. Metodologi Penyusunan
Metodologi dalam penyusunan makalah ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan, artinya penulis mengumpulkan sumber pembuatan makalah ini dari berbagai macam buku sebagai referensinya.
E. Sistematika Penyusunan
Untuk mempermudah pembaca dalam dalam mempelajari adan memahami isi makalah ini, penyusun menggunakan sistematika sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penyusunan
D. Metodologi Penyusunan
E. Sistematika Penyusunan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan Konseling Menurut Beberapa Ahli |
B. Jenis Kelompok dalam Layanan Bimbingan Konseling Kelompok . |
C. Unsur-Unsur kehidupan Kelompok dan Keanggotaannya dalam Konseling Kelompok |
D. Tahap-tahap Kegiatan dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok |
E. Aspek-aspek pelaksanaan kegiatan dalam Konseling Kelompok |
F. Contoh simulasi Bimbingan dan Konseling Kelompok |
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING MENURUT BEBERAPA AHLI
1. Menurut Cavanagh, konseling merupakan “a relationship between a trained helper and a person seeking help in which both the skills of the helper and the atmosphere that he or she creates help people learn to relate with themselves and others in more growth-producing ways.” [Hubungan antara seorang penolong yang terlatih dan seseorang yang mencari pertolongan, di mana keterampilan si penolong dan situasi yang diciptakan olehnya menolong orang untuk belajar berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain dengan terobosan-terobosan yang semakin bertumbuh (growth-producing ways)]
2. Menurut Pepinsky Pepinsky ,dalan Shertzer & Stone,1974, konseling merupakan interaksi yang(a)terjadi antara dua orang individu ,masing-masing disebut konselor dan klien ;(b)terjadi dalam suasana yang profesional (c)dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudah kan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien
3. Menurut Smith,dalam Shertzer & Stone,1974 , konseling merupakan suatu proses dimana konselor membantu konselor membuat interprestasi - interprestasi tetang fakta-fakta yang berhubungan dengn pilihan,rencana,atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat.
4. Menurut Mc. Daniel,1956 , konseling merupakan suatu pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan lingkungan.
5. Menurut Berdnard & Fullmer ,1969, Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan,motivasi,dan potensi-potensi yang yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketige hal tersebut.
6. Menurut Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.
7. Menurut United States Office of Education (Arifin, 2003), memberikan rumusan bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema kependidikan, jabatan, kesehatan, sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
8. Menurut Djumhur dan Moh. Surya, (1975), berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.
9. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
10. Menurut Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
B. Jenis Kelompok dalam Layanan Bimbingan Konseling Kelompok
1. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
Kelompok primer diwarnai oleh hubungan pribadi secara akrab dan kerjasama yang terus-menerus diantara para angotanya. Contoh yang termasuk kelompok primer adalah keluarga, kesatuan anak-anak sepermainan, kesatuan sekelompok,remaja, dan sebagainya.
Kelompok sekunder didasarkan pada kepentingan-kepentingan tertentu yang mewarnai arah kegiatan dan gerak kelompok itu. Seperti: kelompok politik, kelompok keagamaan, kelompok para ahli dalam suatu bidang disiplin ilmu pengetahuan.
2. Kelompok Sosial dan Kelompok Psikologikal
Jenis kelmpok ini dibedakan terutama atas dasar tujuan pokok yang ingin dicapai, pada kelompok social tujuan yang ingin dicapai biasanya tidak bersifat pribadi melainkan tujuan bersama untuk kepentingan bersama. Contoh seperti persatuan buruh
Sedangkan kelompok psikologikal pada dasarnya lebih bersifat mempribadi. Anggota kelompok ini memasuki kelompok biasanya didorong oleh kepentingan yang menyangkut hubungan antar pribadi. Contoh kelompok isi seperti sekelompok anak perempuan yang berkumpul dibawah pohon rindang dipekarangan sekolah setiap waktu istirahat
3. Kelompok Terorganisasikan dan Kelompok Tidak Terorganisasikan
Dalam kelompok yang terorganisasikan masing-masing anggota memainkan peranan yang persamaan, perbedaan dan kaitan yang satu dengan lainya jelas dan tegas, untuk mencapai tujuan bersama. Ciri utama kelompok ini adalah adanya pemimpin yang mengatur dan member kemudahan dan mengawasi dijalankannya peranan masing-masing anggota.
Sedangkan pada kelompok yang tidak terorganisasikan sebaliknya para anggotanya bertindak lebih bebas, tidak saling terikat pada anggota lain.dan bersifat fleksibel.
4. Kelompok Formal dan Kelompok Informal
Kelompok pormal biasanya terbentuk berdasarka tujuan dan aturan tertentu yang bersifat resmi (tertulis). Gerak dan kegiatanya diatur dan tidak boleh menyimpang dari ketentuan yang telah dibuat untuk itu. Aturan itu biasanya terrtulis dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (ADART)
Sedangkan dalam kelompok informal keberadaan dan gerak-gerik kelompok tidak didasarkan atas hal-hal resmi, melainkan didasarkan pada kemauan, kebebasan dan selara orang-orang yang terlibat didalamnya.
C. UNSUR-UNSUR KEHIDUPAN KELOMPOK DAN KEANGGOTAANNYA DALAM KONSELING KELOMPOK
v Unsur Suasan Kelompok
Menutut para ahli ada lima hal yang hendaknya diperhatikan dalam menilai apakah kehidupan sebuah kelompok baik atau kurang baik, yaitu :
1. Adanya hubungan yang dinamis antar anggota kelompok
2. Mempunyai tujuan bersama
3. Adanya hubungan kangsung antara besarnya kelompok dengan sifat kehidupan kelompok
4. Mempunyai itikad dan sikap yang baik antara sesame anggota kelompok
5. Kemandirian /kemampuan mandiri.
v Unsur Anggota Kelompok
1. Keragaman dan keseragaman, yang mencakup jenis kelompok, umur, kepribadian dan hubungan awal antara sesama angota kelompok
2. Peranan anggota kelompok
· Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antara anggota kelompok
· Mencurahkan segenap perasaan dalam kegitan kelompok
· Membantu tercapainya tujuan bersama
· Berusaha secara aktif dalam seluruh kegiatan kelompok
· Mampu berkomunikasi secara terbuka
· Berusaha membantu anggota lain
· Menyadari pentingnya kegiatan kelompok
3. Usaha mempersiapkan anggota kelompok
D. TAHAP-TAHAP KEGIATAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK
1) Tahap Pembentukan
· Menerima secara terbuka dan mengucapkna terima kasih.
· Berdoa.
· Menjelaskan pengertian konseling kelompok.
· Menjelaskan tujuan konseling kelompok.
· Menjelaskan cara pelaksanaan konseling kelompok.
· Menjelaskan Azas-azas konseling kelompok.
· Perkenalan dilanjutkan rangkaian nama.
2) Tahap Peralihan
· Menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok.
· Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut.
· Mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan /sebagian belum siap untuk memasuki tahap berikut dan mengatasi suasana tersebut.
· Memberi contoh masalah pribadi yang dapat dikemukakan dan dibahas dalam kelompok.
3) Tahap Kegiatan
· Menjelaskan topik bahasan yang hendak dikemukakan oleh anggota kelompok.
· Mempersilahkan anggota kelompok mengemukakan topik secara bergantian.
· Memilih / menetapkan topik yang akan dibahas terlebih dahulu..
· Pembahasan topik terpilih sampai tuntas.
· Selingan
· Menegaskan komitmen para anggota kelompok / apa yang segera dilakukan berkenaan dengan topik yang telah dibahas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar