“Derajad Hadits Bacaan Waktu Berbuka Puasa” ketegori Muslim. Bacaan Waktu Berbuka Puasa Dan Kelemahan Hadits Fadlilah Puasa
Abdul Hakim bin Amir Abdat
Di bawah ini akan saya turunkan beberapa hadits tentang dzikir atau do’a di waktu berbuka puasa, kemudian akan saya terangkan satu persatu derajadnya sekalian. Maka, apa-apa yang telah saya lemahkan tidak boleh dipakai atau diamalkan lagi, dan mana yang telah saya nyatakan syah bolehlah saudara-saudara amalkan. Kemudian saya iringi dengan tambahan keterangan tentang kelemahan beberapa hadits lemah tentang keutamaan puasa yang sering dibacakan di mimbar-mimbar khususnya di bulan Ramadhan.
HADITS PERTAMA
Artinya :
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Adalah Nabi SAW apabila berbuka beliau mengucapkan : Allahumma Laka Shumna wa ala Rizqika Aftharna, Allahumma Taqabbal Minna Innaka Antas Samiul ‘Alim .
.
Sanad hadits ini sangat Lemah/Dloif
Pertama :
Ada seorang rawi yang bernama : Abdul Malik bin Harun bin ‘Antarah. Dia ini rawi yang sangat lemah.
Kata Imam Sa’dy : Dajjal, pendusta.
Kedua :
Di sanad hadits ini juga ada bapaknya Abdul Malik yaitu : Harun bin ‘Antarah. Dia ini rawi yang diperselisihkan oleh para ulama ahli hadits. Imam Daruquthni telah melemahkannya. Sedangkan Imam Ibnu Hibban telah berkata : munkarul hadits , sama sekali tidak boleh berhujjah dengannya.
Hadits ini telah dilemahkan oleh Imam Ibnul Qoyyim, Ibnu Hajar, Al-Haitsami dan Al-Albani, dll.
Periksalah kitab-kitab berikut :
Irwaul Gholil 4/36-39 oleh Muhaddist Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
HADITS KEDUA
Artinya :
“Dari Anas, ia berkata : Adalah Nabi SAW : Apabila berbuka beliau mengucapkan : Bismillah, Allahumma Laka Shumtu Wa Alla Rizqika Aftartu .
.
Sanad hadits ini Lemah/Dlo’if
Pertama :
Di sanad hadist ini ada Ismail bin Amr Al-Bajaly. Dia seorang rawi yang lemah.
Sepengetahuan saya : Dia inilah yang meriwayatkan hadits lemah bahwa imam tidak boleh adzan .
Kedua :
Di sanad ini juga ada Dawud bin Az-Zibriqaan.
Sepengetahuan saya : Al-Ustadz Abdul Qadir Hassan membawakan riwayat Thabrani ini di Risalah Puasa tapi beliau diam tentang derajad hadits ini ?
HADITS KETIGA
Artinya :
“Dari Muadz bin Zuhrah, bahwasanya telah sampai kepadanya, sesungguhnya Nabi SAW. Apabila berbuka beliau mengucapkan : Allahumma Laka Sumtu wa ‘Alaa Rizqika Aftartu.”
Lafadz dan arti bacaan di hadits ini sama dengan riwayat/hadits yang ke 2 kecuali awalnya tidak pakai Bismillah.}
Dan sanad hadits ini mempunyai dua penyakit.
Pertama :
“MURSAL, karena Mu’adz bin Zur’ah seorang Tabi’in bukan shahabat Nabi SAW. .
Kedua :
“Selain itu, Mu’adz bin Abi Zuhrah ini seorang rawi yang MAJHUL. Tidak ada yang meriwayatkan dari padanya kecuali Hushain bin Abdurrahman. Sedang Ibnu Abi Hatim di kitabnya Jarh wat Ta’dil tidak menerangkan tentang celaan dan pujian baginya”.
HADITS KEEMPAT
Artinya :
“Dari Ibnu Umar, adalah Rasulullah SAW, apabila berbuka beliau mengucapkan : DZAHABAZH ZHAAMA-U WABTALLATIL ‘URUQU WA TSABATAL AJRU INSYA ALLAH .
Al-Albani menyetujui apa yang dikatakan Daruquthni.!
Saya berpandangan : Rawi-rawi dalam sanad hadits ini semuanya kepercayaan , kecuali Husain bin Waaqid seorang rawi yang tsiqah tapi padanya ada sedikit kelemahan . Maka tepatlah kalau dikatakan hadits ini HASAN.
KESIMPULAN
- Hadits yang ke 1,2 dan 3 karena tidak syah maka tidak boleh lagi diamalkan.
- Sedangkan hadits yang ke 4 karena riwayatnya telah syah maka bolehlah kita amalkan jika kita suka .
BEBERAPA HADITS LEMAH TENTANG KEUTAMAAN PUASA
HADITS PERTAMA
Artinya :
“Awal bulan Ramadhan merupakan rahmat, sedang pertengahannya merupakan magfhiroh ampunan, dan akhirnya merupakan pembebasan dari api neraka”.
.
Derajad hadits ini : DLOIFUN JIDDAN .
Periksalah kitab : Dlo’if Jamius Shogir wa Ziyadatihi no. 2134, Faidhul Qodir No. 2815.
HADITS KEDUA
Artinya :
“Dari Salman Al-Farisi, ia berkata : Rasulullah SAW. Pernah berkhotbah kepada kami di hari terakhir bulan Sya’ban. Beliau bersabda : “Wahai manusia ! Sesungguhnya akan menaungi kamu satu bulan yang agung penuh berkah, bulan yang didalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan yang Allah telah jadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan shalat malamnya sunat, barang siapa yang beribadat di bulan itu dengan satu cabang kebaikan, adalah dia seperti orang yang menunaikan kewajiban di bulan lainnya, dan barangsiapa yang menunaikan kewajiban di bulan itu adalah dia seperti orang yang menunaikan tujuh puluh kewajiban di bulan lainnya, dia itulah bulan shabar, sedangkan keshabaran itu ganjarannya sorga…. dan dia bulan yang awalnya rahmat, dan tengahnya magfiroh dan akhirnya pembebasan dari api neraka…” .
Sanad Hadits ini DLOIF.
Karena ada seorang rawi bernama : Ali bin Zaid bin Jud’an. Dia ini rawi yang lemah sebagaimana diterangkan oleh Imam Ahmad, Yahya, Bukhari, Daruqhutni, Abi Hatim, dll. Dan Imam Ibnu Khuzaimah sendiri berkata : Aku tidak berhujah dengannya karena jelek hafalannya, Imam Abu Hatim mengatakan : Hadits ini Munkar !!
Periksalah kitab : Silsilah Ahaadits Dloif wal Maudluah No. 871, At-Targhib wat Tarhieb jilid 2 halaman 94, Mizanul I’tidal jilid 3 halaman 127.
HADITS KETIGA
Artinya :
“Orang yang berpuasa itu tetap di dalam ibadat meskipun ia tidur di atas kasurnya”. .
Sanad Hadits ini Dlo’if.
Karena di sanadnya ada : Yahya bin Abdullah bin Zujaaj dan Muhammad bin Harun bin Muhammad bin Bakkar bin Hilal. Kedua orang ini gelap keadaannnya karena kita tidak jumpai keterangan tentang keduanya di kitab-kitab Jarh Wat-Ta’dil . Selain itu di sanad hadits ini juga ada Hasyim bin Abi Hurairah Al-Himsi seorang rawi yang Majhul . Sebagaimana diterangkan Imam Dzahabi di kitabnya Mizanul I’tidal, dan Imam ‘Uqail berkata : Munkarul Hadits !!
Kemudian hadits yang semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh Dailami di kitabnya Musnad Firdaus dari jalan Anas bin Malik yang lafadnya sebagai berikut :
Artinya :
“Orang yang berpuasa itu tetap di dalam ibadat meskipun ia tidur diatas kasurnya”.
Sanad hadits ini Maudlu’/Palsu
Karena ada seorang rawi yang bernama Muhammad bin Ahmad bin Suhail, dia ini seorang yang tukang pemalsu hadits, demikian diterangkan Imam Dzahabi di kitabnya Adl-Dluafa.
Periksalah kitab : Silsilah Ahaadist Dloif wal Maudl’uah No. 653, Faidlul Qodir No. hadits 5125.
HADITS KEEMPAT
Artinya :
“Tidurnya orang yang berpuasa itu dianggap ibadah, dan diamnya merupakan tasbih, dan amalnya berlipat ganda, dan do’anya mustajab, sedang dosanya diampuni”.
.
Hadits ini derajadnya sangat Dlo’if atau Maudlu.
Di sanadnya ada Sulaiman bin Umar An-Nakha’i, salah seorang pendusta .
HADITS KELIMA
Artinya :
“Puasa itu setengah dari pada sabar” .
Kata Imam Ibnu Al-Arabi : Hadits sangat lemah !
HADIST KEENAM
Artinya :
“Puasa itu setengah dari pada sabar, dan atas tiap-tiap sesuatu itu ada zakatnya, sedang zakat badan itu ialah puasa”.
.
Hadits ini sangat lemah !
Ada Musa bin ‘Ubaid. Ulama ahli hadits. Imam Ahmad berkata : Tidak boleh diterima riwayat dari padanya .
Itulah beberapa hadits lemah tentang keutamaan puasa dan bulannya. Selain itu masih banyak lagi hadits-hadits lemah tentang bab ini. Hadits-hadits di atas sering kali kita dengar dibacakan di mimbar-mimbar khususnya pada bulan Ramadhan oleh para penceramah.
Judul lengkap bahasan di atas adalah sbb :
Derajad Hadits Tentang Bacaan Waktu Berbuka Puasa
Dan Kelemahan Beberapa Hadits Tentang Keutamaan/Fadillah Puasa
Sumber Derajad Hadits Bacaan Waktu Berbuka Puasa : http://assunnah.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar