25 Maret 2012

Imajinasi Indrawi & Visualisasi


Oleh : Cholis Muchlis

Profesor Sayyid Qutub berpendapat bahwa, “Sedikit sekali surat al-Qur’an yang memberikan gambaran utuh – untuk tujuan spesialis/khusus yang menuntut sebuah pengertian statis – justeru sebagian besar surat, di dalamnya memuat pergerakan samar ataupun pergerakan kongkrit, yaitu sebuah pergerakan yang mengangkat denyut kehidupan dan meninggikan suhunya. Pergerakan ini adalah sebuah pergerakan dinamis (biologis) dari apa yang telah memicu denyut kehidupan riil (agar terlihat jelas). Atau pergerakan samar pada perasaan. Pergerakan ini adalah apa yang kita sebut dengan “ Imajinasi indrawi”, yaitu sesuatu dimana ilustrasi dalam al-Qur’an berjalan diatasnya berwujud keraguan hidup dalam beragam surat dengan berbagai variasi bentuk dan coraknya.

Fenomena lainnya, tampak jelas dalam ilustrasi al-Qur’an, dia adalah “personifikasi”, yaitu penjelmaan maknawi yang abstrak dan pengejewantahan secara substantif atau dapat dimengerti secara umum.
1.      Salah satu corak imaginasi itu meumungkinkan disebut “personifikasi” (tasykhish). Dimana personifikasi itu adalah suatu “pengibaratan” atau “pemisalan”  kehidupan atas materi tak bergerak; atas  fenomena alami, dan aktifitas perasaan.
Salah satu diantara pandangan biasa yang bergerak dalam suatu horizon, secara jelas dicontohkan dalam ungkapan berikut :

اللهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَآءِ كَيْفَ يَشَآءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدَقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلاَلِهِ فَإِذَآ أَصَابَ بِهِ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ.  وَإِن كَانُوا مِن قَبْلِ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْهِم مِّن قَبْلِهِ لَمُبْلِسِينَ . فَانظُرْ إِلَى ءَاثَارِ رَحْمَتِ اللهِ كَيْفَ يُحْىِ اْلأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَآ إِنَّ ذَلِكَ لَمُحْىِ الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ.
Artinya :
Allah, Dia lah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. Dan Sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar Telah berputus asa. Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang Telah mati. dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ar-Ruum ayat 48-50)
Demikianlah contoh personifikasi nampak jelas pada berita pengiriman angin; pergerakan awan; pembentangan awan di langit, dan menjadikannya berakumulasi; Keluarlah, air hujan dari celah-celahnya; kemudian turun hujan; setelah itu, digambarkanlah kegembiraan mereka yang sebelumnya dirudung keputus-asaan; kemudian bumi yang sebelumnya mati menjadi hidup kembali.

(Di bawah) ini adalah (contoh personifikasi) matahari, bulan, malam dan siang pada peredarannya secara konsisten,

لاَالشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَآ أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلاَالَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Artinya :
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. QS. Yaasin: 40

(Sementara dibawah) ini adalah (contoh personifikasi) bumi, yang sesekali disebut  haamidah” dan “khaasyi’ah”, diturunkan ke atasnya air, sehingga menjadikannya tumbuh dan hidup.
... وَتَرَى اْلأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَآ أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَآءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ.
... Dan Kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang indah  (QS. al Hajj; ayat 5) 
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى اْلأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَآ أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَآءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْىِ الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
 Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)- Nya bahwa kamu lihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. (QS. Fushshilat; 39 ).

Demikianlah (contoh personifikasi) yang telah merubah (wajah) dunia yang statis (seakan) menjadi eksis dan hidup dengan satu sentuhan dalam satu pemotretan.

2.      Adapun at-Tajsim (visualisasi) adalah satu bentuk corak ilustrasi artistik dalam al-Qur’an meliputi semua bentuk metafora yang menimbulkan pergeseran maknawi dan berbagai situasi penggambaran lingkungannya. (contoh dari) Corak ini adalah:

وَءَاتَاكُم مِّن كُلِّ مَاسَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللهِ لاَتُحْصُوهَا إِنَّ اْلأِنسَانَ لَظَلُومُُ كَفَّارُُ . وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ اْلأَصْنَامَ . رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ.
Tidakah kamu perhatikan bagaimana Alloh telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada tiap musim dengan seizin Tuhannya. Alloh membua perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap( tegak) sedikit pun (26).    (Surat 14, Ibrahim ).

Harmoni Artistik (at-Tanaasuq al-Fanniy)
Ilustrasi artistik yang menjadi metode dasar dalam stilistika al Qur’an, memuat sejumlah (ilustrasi) demonstratif diantaranya adalah imajinasi indrawi, visualisasi, dan dan harmoni artistik.
Harmoni artistik (at-Tanaasuq al-Fanniy) merupakan derajat tertinggi dalam ilustrasi artistik dalam al-Qur’an. at-Tanaasuq al-Fanniy memiliki beberapa corak, diantaranya adalah,
1.      Harmonisasi dalam susunan gaya bahasa dengan kata-kata pilihan, kemudian nazham-nya dalam susunan khas, sehingga sampai pada derajat kepasihannya.
2.      Ritme musikal yang kreatif dalam perubahan kata dan nazham-nya dengan susunan yang khas.
3.      Barangkali, bentuk tertinggi dari harmonisasi (at-Tanaasuq) adalah harmonisasi psikologis antara  alur yang bertautan pada bagian teks dengan  alur suasana batin yang menyertainya.

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ . اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ . الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ . عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-‘Alaq; 1-5 ).

(dari ayat di atas) Kita dapat melihat harmonisasi intrinsik antara makna dengan tujuan dan diantara lafazh dan makna sebagaimana ungkapan kata الرب  dalam terma pendidikan dan pengajaran.


Ilustrasi (at-Tashwir)
Harmonisasi makna dengan tujuannya, biasanya tidak berhenti pada peng-ilustrasi-an. Ilustrasi sebuah ungkapan terkadang bertautan dengan konteks yang dimaksud. Dengan demikian membantu sempurnanya pemahaman ilustrasi indrawi dan ilustrasi maknawi. Tang demikian itu adalah ungkapan ilustratif, contohnya adalah, نِسَآؤُكُمْ حَرْثُ لَّكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ . Pada ungkapan tersebut terdapat corak pertautan baik yang tersurat maupun tersirat. Selain itu juga, merupakan ungkapan kinayah yang halus tentang kelembutan pergaulan. Lebih akurat, yang demikian itu adalah penyerupaan hubungan antara “petani” yang “kebun” dengan “suami” dengan “isterinya” dari sudut pandang khusus. Selain itu juga, penyerupaan antara “anak” dengan “hasil kebun”. Dimana “anak” tersebut dilahirkan oleh seorang “isteri”. diantara keduanya terdapat makna perbanyakan, pembangunan, dan kesejahteraan. Dimana ilustrasi tersebut tersirat pada konteks kalimat.
1.    Terdapat bentuk lain ilustrasi lafaz dari segi “pembunyiannya”. Corak ilustrasi tersebut terungkap jelas dalam surat berikut,

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ . مَلِكِ النَّاسِ . إِلَهِ النَّاسِ . مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ . الَّذِي يُوَسْوِسُ فيِ صُدُورِ النَّاسِ . مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ .

Artinya: Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, Dari kejahatan makhluk-Nya, Dan dari kejahatan malam apabila Telah gelap gulita, Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."

Suara pembaca menyebutkan “desis” dengan sempurna sesuai dengan jiwa Surat. Bunyi “desis” dari ungkapan الْخَنَّاسِ . الَّذِي يُوَسْوِسُ فيِ صُدُورِ النَّاسِ . مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

Metode ilustrasi dan metode musikal, yang banyak mengemuka dalam ujaran al-Qur’an, adalah komparasi apik antara beragam ilustrasi dengan ujaran lafaz-lafaz tertulis dengan contoh yang apik. Contohnya banyak terdapat dalam al-Qur’an. Namun kita cukup memahaminya melalui contoh tersebut.
2.    Surat terdahulu dari banyak surat tentang nikmat dan adzab akhirat, sebagaimana ungkapan berikut,
 كَلآَّ إِذَا دُكَّتِ اْلأَرْضُ دَكاًّ دَكًّا . وَجَآءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا . وَجِاىءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ اْلإِنسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى . يَقُولُ يَالَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي . فَيَوْمَئِذٍ لاَيُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدُُ. وَلاَيُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدُُ
Jangan berbuat demikian. Apabila bumi digoncangkan berturut-turut, dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris, dan pada hari itu diperlihatkan neraka jahanam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya, Dia mengatakan, “ alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal sholeh) untuk hidupku ini, maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya, dan tiada seorangpun yang mengikat seperti ikatannya. (QS Al Fajr; 21-26 ).
Dalam situasi yang diliputi ketakutan (kecemasan), dimana ditimbulkan oleh ilustrasi demontrasi kemiliteran – bersamaan dengan ilustrasi neraka jahannam- dengan irama musik kemiliteran yang tersusun rapih dalam beberapa ketukan, terbentuklah tatanan lafazh yang sangat kuat (powerful) antara menawan, antara adzab dengan belenggu paradigmatik. Seterusnya ilustrasi lain, juteru malah sebaliknya, diujarkan bagi orang yang beriman,
يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ . ارْجِعِي إِلىَ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَةً . فَادْخُلِي فيِ عِبَادِي . وَادْخُلِي جَنَّتِي.
Hai Jiwa yang tenang. kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang     puas lagi diridloi-Nya. maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku. dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. Al Fajr; 27-30).
Demikianlah, (ilustrasi yang dinisbatkan kepada orang beriman menggunakan ujaran) simpatik dan halus. “yaa ayyatuhaa” dalam (bentuk ujaran yang becita-rasa) kejiwaan dan (penuh) penghormatan, “wahai jiwa-jiwa”. Al-Muthma’inna (jiwa-jiwa yang tenang) ditengah-tengah (situasi yang diluputi) kegelisahan. Kalimat  ارْجِعِي إِلىَ رَبِّكِ(kembalilah kepada Tuhanmu), diantara  “kamu” dan “Rab” dihubungkan dengan idlaafa. Frase رَاضِيَةً مَرْضِيَةً (dengan hati yang puas lagi diridloi), keserasian yang bergerak meliputi semua horizon dalam (suasana) yang penuh kerelaan dan simpatik. Sementara ungkapan فَادْخُلِي فيِ عِبَادِي (masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku), yang istimewa dan merajut kasih-sayang  beserta mereka. وَادْخُلِي جَنَّتِي dinisbatkan kepada Tuhan. Maka nampaklah jelas, irama spirit musikalitas “muthma’inna” atau ketenangan jiwa dihadapkan dengan irama musikalitas kekuatan militeristik.

Tidak ada komentar: